Sahabatku

Jumat, 11 November 2011

Siklus Hidup Kupu-kupu

Memberikan pengetahuan ke anak-anak, akan lebih cepat diterima apabila anak-anak itu dalam kondisi yang baik. Artinya anak tidak sedang kelelahan, suasana juga riang. Terlebih apabila si anak dapat mengamati dari lingkungan sekitarnya jadi anak dapat dengan mudah menyerapnya juga akan mudah mengingatnya.
Perhatikan cerita berikut ini:
Suatu sore, ayah dan Andi sedang berjalan-jalan di kebun. Tiba-tiba ayah tertarik pada satu dahan tanaman. Ayahpun akhirnya memanggil Andi, "Andi, kemarilah!".
"Ada apa ayah?" tanya Andi.
"Coba lihat, kupu-kupu ini sedang keluar dari kepompongnya," seru ayah.
Andi bertanya,"Yah, kepompong itu berasal dari telurnya kupu-kupu bukan?"
Ayah menjawab, "Oh bukan, kepompong itu adalah salah satu tahapan kehidupan dari kupu-kupu. Kupu-kupu itu mempunyai 4 tahap kehidupan, yaitu mulai dari telur, ulat, kepompong terus kupu-kupu."
"Wah, Allah hebat ya. Allah dapat menciptakan makhluk seperti ini," seru Andi sambil memperhatikan kupu-kupu tersebut.


***
Serangga mempunyai tahap-tahap yang berbeda dari makhluk hidup lain. Setiap tahap pertumbuhannya mempunyai bentuk yang berbeda. Tahap-tahap pertumbuhan itu disebut metamorfosis.
Pada serangga, metamorfosis ada 2 jenis, yaitu
1. metamorfosis sempurna
2. metamorfosis tidak sempurna
Metamorfosis sempurna, yaitu metamorfosis yang mempunyai 4 tahap pertumbuhan. Tahapan tersebut, yaitu telur, larva, pupa dan dewasa.
Metamorfosis tidak sempurna, yaitu metamorfosis yang mengalami 3 tahap pertumbuhan, yaitu telur, nimfa dan dewasa.
Serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yaitu kupu-kupu, nyamuk.
Tahap metamorfosis sempurna yaitu
Perhatikan gambar metamorfosis kupu-kupu berikut ini:
Demikianlah tahapan hidup kupu-kupu, dari telur hingga jadi kupu-kupu kembali.
Daur hidup kupu-kupu bisa juga disebut Life Cycle of Butterfly.
Semoga bermanfaat!
tags: metamorfosis, metamorfosis sempurna, metamorfosis tidak sempurna, daur hidup kupu-kupu, siklus hidup kupu-kupu, gambar tahapan hidup kupu-kupu, gambar metamorfosis kupu-kupu, gambar perubahan dari telur hingga jadi kupu-kupu.

Kamis, 10 November 2011

SIKLUS HIDUP LEBAH

Tahukah anda, lebah juga melakukan metamorfosis yang terdiri dari empat tahap kehidupan lebah. Yaitu:
  • Telur
  • Larva
  • Kepompong (pupa)
  • Dewasa (imago)
Setelah lebah bertelur dan telur tersebut menetas menjadi larva. Lebah soliter akan mencari dan memberikan makan larva sendiri dan biasanya mati atau meninggakan sarang sebelum larva menjadi dewasa. Lebah berkoloni akan menugaskan lebah pekerja untuk memberi makan larva berupa serbuk sari, nektar dan madu. Sebagian nektar akan dikumpulkan menjadi madu sebagai cadangan makanan. Setelah beberapa hari akan menjadi kepompong dan anak lebah.

Siklus Hidup Kumbang

Berikut ini adalah siklus tiga jenis utama kumbang bubuk yang paling sering menyerang kayu dan bambu:

Jenis Lyctids biasanya hanya menyerang jenis kayu keras yang memiliki rongga besar seperti mahoni.Mereka menyerang kayu musiman dan kamyu yang memiliki getah, terutama pada produk gergajian seperti jendela, pintu, lantai furniture dan kayu bakar. Jenis ini biasanya tidak menyerang kayu lunak seperti pinus. Lyctids jarang menyrang kayu yang berusia lebih tua dari lima tahun. Penularan biasanya berawal dari kayu yang mengandung telor atau larva yang diletakkan dalam rumah, atau kayu yang tidak dikeringkan atau disimpan dengan benar. Jika sudah dewasa, larva akan keluar dari kayu dan menyebabkan kerusakan dengan membuat lobang keluar berukuran 1 hingga 2 mm. Siklus hidup Lyctids hanya 3 bulan.

Anobiids menyerang kayu keras dan lunak dan bisa saja menyerang kayu keras bersamaan dengan Lyctid. Kayu jenis pinus sangat rentan terhadap serangan. Anobiids lebih suka menyerang kayu yang lembab, sehingga kerusakan biasanya dimulai dalam kondisi kelembaban, kurangnya ventilasi seperti di basement, garasi dll. Kondisi yang mendukung dengan tingkat kelembaban dan suhu tertentu akan meningkatkan serangan hingga meluas ke baggian lain dari kayu. Kerusakan besifat perlahan tapi pasti dalam jangka waktu bertahun-tahun. Siklus hidup jenis ini berkisar antara 1 hingga 3 tahun.

Bostrichids banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia. Kumbang bubuk jenis inilah yang paling banyak menyerang bambu, baik pada bambu iratan seperti keanjang maupun bambu bulat seperti pada furniture, bangunan dan material bambu lainnya. Selain pada bambu, jenis Bostrichids juga menyerang kayu keras dan lunak baik yang berjenis musiman maupun tidak, kayu yang bayak memiliki getah dan tidak bergetah juga sering menjadi sasaran serangan. Kerusakan pada bambu dapat disebabkan oleh kumbang dewasa ataupun larvanya. Kumbang dewasa meletakkan telornya pada rongga atau bekas tempat potongan kayu atau bambu yang terbuka dan tidak dilapisi cat atau vernis. Telor kumbang menetas menjadi larva dan membuat trowongan di balam batang bambu dan kayu. Kumbang dewasa akan muncul dalam waktu satu tahun kemudian, biasanya pada bulan April-Juli, keluar melalui lobang yang dibuat oleh larva. Kumbang dewasa memiliki siklus hidup yang singkat, aktif ketika malam hari dan dapat kembali menyerang kayu yang sama atau berpindah pada kayu lainnya dengan cara menempatkan telor-telornya lalu memulai siklus baru lagi. Kerusakan yang ditimbulkan akan mudah terlihat. Beberapa jenis akan keluar dari bambu dalam waktu beberapa bulan, namun jenis lannya dapat bertahan didalam kayu atau bambu hingga puluhan tahun sebelum muncul ke permukaan.

Ritus Awal Siklus Hidup Manusia Mandar




13039981611527996386
Dukun memandikan bayi (foto: M. Ridwan)
Tubuhnya masih merah dengan kulit tertutup cairan lengket. Tak tega menyaksikannya keluar dari perut ibunya, setelah beberapa jam tertahan di pintu lahir. Sebab lama tertahan di pinggul, bagian atas kepala tidak rata bulatnya, seperti ada tonjolan gumpalan daging di puncaknya.
Tak ada tangisan, wajah membiru. Sesaat setelah dokter yang memimpin proses melahirkan memotong ari-ari, salah satu bidan yunior (dan siswa sekolah perawatan yang lagi magang) dengan sigap membawa sang bayi ke ruang sebelah. Menyinarinya dengan lampu agar tubuh sang bayi hangat. Telapak kaki bayi dikitik-kitik agar bayi sadar. Belum.
Menyadari usaha awal tak membuat bayi sadar, kembali bayi dipindahkan ke ruang perawatan khusus bayi. Di dalam terdapat beberapa box untuk bayi yang prematur lahirnya. Tapi bayi yang baru beberapa menit berada di dunia itu tak dimasukkan, melainkan diletakkan di meja. Bidan lain tetap berusaha membuat bayi sadar, yang lain membantu menyiapkan oksigen dan alat hisap.
Alat hisap untuk mengeluarkan cairan yang menghalangi jalan pernafasan bayi, di hidungnya. Syut … syut … bunyi hisapan dari selang kecil yang dimasukkan ke hidung bayi. Sekejap kemudian, tanda-tanda kehidupan mulai tampak. Wajah yang mau menangis disusul bunyi tangis patah-patah. Masa krisis terlewati.
Itulah detik-detik maha menegangkan selama saya mengikuti perkembangan bayi, sejak di dalam perut sampai lahirnya, sampai upacara-upacara inisiasi yang dijalaninya.
Namanya Muhammad Nabigh Panritasagara. Kira-kira artinya “si cerdas yang memahami laut”. Lahir di RSU Majene, Sulawesi Barat, Kamis, 11 November 2010, menjelang Maghrib. Konon, bila lahir pada malam Jumat, anaknya akan bandel.
Menyaksikan untuk kemudian mendokumentasikan salah satu prosesi paling penting dalam siklus hidup orang Mandar secara lengkap amatlah jarang dan sulit. Pertama, untuk menyaksikan semua itu harus menembus batas-batas personal, memasuki kawasan paling pribadi seorang individu. Kedua, “satu set” upacara lengkap hanya dialami oleh anak pertama. Anak kedua, ketiga, dan berikutnya tidak menjalani beberapa ritual.
Ritual siklus hidup orang Mandar adalah salah satu upacara paling kuat dipertahankan, khususnya upacara sebelum dan sesudah kelahiran seorang anak. Di Mandar ada beberapa proses, tahapan, upacaranya.
Upacara-upacara di Mandar yang berkaitan dengan siklus hidup (kelahiran) adalah: “marroma” (memijat perut pada usia kehamilan 5-6 bulan); “manguriq” (memijat perut pada usia kehamilan 7-8 bulan); perawatan ari-ari, bayi, dan ibu yang habis melahirkan (memotong tali pusar, memandikan bayi dan ibunya, penanaman tali pusar); akekah (memotong hewan kurban dan memotong rambut bayi); “mappadaiq toyang” (menaikkan bayi ke atas ayunan); “pattuttuang ringe” (meratakan gigi anak); “mesunnaq” (khitanan, memotong kulup untuk anak laki2; melukai klitoris untuk anak perempuan); dan “papparassa” (menginjak tanah untuk pertama kali).

Marroma

“Marroma” adalah upacara formal pertama yang saya saksikan berkaitan kehamilan pertama seorang perempuan di Mandar. Arti harfiah “marroma” adalah menjemput. Jadi, sejak bayi berumur sekitar lima bulan, keluarga perempaun yang hamil mulai meminta bantua seorang “sando pianaq” (dukun beranak) untuk melakukan ritual-ritual yang berkaitan dengan keselamatan bayi, sejak dalam kandungan, saat melahirkan, sampai upacara terakhir yang harus dijalani seorang bayi. Proses di atas bisa berlangsung berbulan-bulan, dari upacara pertama sampai terakhir.
Pada kasus Nabigh, upacara “marroma” dilaksanakan pada Ahad, 1 Agustus 2010, saat usia kehamilan diyakini berada di bulan kelima. Proses upacara berlangsung sederhana, yaitu makan bersama di ruang tengah rumah. Pada upacara ini menu yang tampak disiapkan dan menjadi bagian dari prosesi ialah tujuh piring kecil “sokkol” di mana puncak “sokkol” terdapat satu butir telur ayam kampung. “Sokkol-sokkol” tersebut disimpan di baki besar.
Baki yang lain berisi pisang, yaitu “loka tiraq”, “loka manurung”, “loka balambang”, “…”. Baki terakhir, tampak sebagai bagian paling penting, terdapat satu sisir pisang “manurung” dan dua piring tua yang masing-masing diatasnya ditumpuk “sokkol”, lima “cucur”, dan satu butir telur ayam kampung. Sedang yang lain adalah makanan yang disantap saat makan bersama, seperti nasi, sayur, ayam, ikan, dan telur.
Prosesi upacara dimulai dengan doa bersama yang dipimpin kakek sang calon bayi diikuti nenek, sang wanita hamil bersama suaminya serta sang dukun. Setelah do’a yang memohon keselamatan, dilanjutkan dengan makan bersama.
Selesai makan, upacara inti dimulai dan berlangsung di dalam kamar. Baki yang berisi piring tua serta satu sisir pisang dibawa ke dalam kamar. Selain bahan tersebut, juga disiapkan di atas piring kecil beberapa sendok minyak kelapa.
Kemudian perempuan hamil dibaringkan di atas kasur. Pakaian yang menutup bagian perut dilepas. Sebelum memulai pijatan lembut, sang dukun membakar dupa. Asap dupa dia tangkap lalu diusapkan ke perut. Sesaat berikutnya, perut hamil pun diolesi minyak kelapa untuk kemudian melakukan beberapa pijatan yang bertujuan memperbaiki posisi bayi di dalam perut. Prosesnya tidak lama, tak sampai lima menit.
Setelah itu, piring tua yang berisi “sokkol”, “cucur” dan telur diletakkan di atas perut. Piring sesaat digoyang-goyang untuk kemudian dilepas. Disusul kemudian piring yang diatasnya terdapat pisang juga diletakkan di atas perut. Gerakan yang sama dilakukan.
Sesaat setelah rangkaian di atas selesai, sang dukun meminta “anak sando-nya” (‘anak dukun’, artinya pasien) untuk segera keluar kamar agar bisa segera meludah. Upacara pun selesai.

Manguriq

Upacara berikutnya ialah “manguriq”, berlangsung pada 19 September 2010. Upacaranya lebih besar dibanding “marroma”, dihadiri keluarga besar kedua orangtua calon bayi beserta orang-orang yang diundang. Dalam adat Mandar, “manguriq” adalah upacara yang keterlibatan pihak keluarga besar laki-laki sangat dibutuhkan. Dengan kata lain, biaya upacara dan perangkat-perangkat yang digunakan sebagian disiapkan keluarga laki-laki (bapak bayi).
Upacara diawali dengan pembacaan barazanji. Acara ini hanya dihadiri pemuka agama dan pihak lain yang diundang keluarga perempuan. Selesai pembacaan barazanji dan do’a dilanjutkan dengan makan bersama.
Setelah itu proses bernuansa adat Mandar dimulai. Bertempat di ruang tamu, rombongan keluarga besar laki-laki menyerahkan ke keluarga besar perempuan perlengkapan upacara berupa beragam jenis makanan .
Empat baki yang terbuat dari “gallang” (logam kuningan) dan mempunyai penutup berisi: 1) “ranggina”, “talloq panynyu”, “apang”, “onde-onde”, “buah rangas”, “bayeq”, “kolli-kolli”; 2) roti “bolu” dan “baruas”; 3) “buwuqus”, “tetuq”, “gogos”, “telur dadar”; dan 4) “buah rangas” (roti kering berbentuk induk ayam dan anak-anaknya).
Adapun di atas baki biasa yang lebih lebar diameter tapi tanpa penutup terdiri dari: 1) “gogos”, “atupeq”, “buras”, “sokkol”,… ; 2) buah-buahan: semangka, pandan, salak, jeruk, “loka-loka”, apel, kurma; 3) dan “lame-lame” (ubi kayu), dan “boyoq”.
Bahan lain tanpa wadah ialah pisang dua tandan, kelapa satu tandan, “burabeq” (bunga bakal buah kelapa).
Setelah itu, prosesi upacara dimulai di dalam kamar. Di dalam kamar terdapat bahan ritual antara lain “undung” (pedupaan); satu baki yang berisi tujuh piring “sokkol” dengan bagian atas masing-masing terdapat satu butir telur ayam kampung; satu baki berisi tiga sisir pisang “manurung”, “tiraq”, dan “barangang”; dan satu baki berisi lauk makanan: telur itik rebus, sambal goreng, gulai ayam, dan “pupuq”.
Selain itu, ada dua “pindang matoa” (piring tua) yang nantinya akan menjadi alat utama dalam acara “manguriq”. Masing-masing di atas piring terdapat 1) “cucur”, “sokkol”, “gogos”, telur, “buras”, dan “kaddo minynyaq”; 2) pisang “barangang”.
Bertempat di atas tempat tidur, dukun duduk di samping kanan perempuan hamil yang berbaring sambil menekuk lutut. Sang perempuan mengenakan pakaian adat Mandar dan sarung sutra. Di bawah tubuh perempuan terdapat selendang kain berwarna hijau dan putih yang didalamnya terdapat beberapa jenis tanaman/daun-daun.
Kemudian dukun membakar dupa. Pedupaan lalu diputar-putar beberapa senti di atas perut. Pedupaan diletakkan di sisinya untuk selanjutnya menangkap asap dupa lalu diusap ke perut perempuan hamil.
Selanjutnya, “pammenangan” yang di atasnya terdapat tujuh lilin yang ditanam di atas tumpukan beras diputar-putar di atas perut lalu disentuhkan ke perut perempuan hamil. “Pammenangan” diletakkan, mengambil sedikit beras yang ada didalamnya lalu disemburkan ke atas perut perempuan hamil.
Setelah itu, “pindang matoa” yang berisi makanan “manis dan berlemak” diletakkan ke perut hamil. Piring digoyang-goyang sesaat dan dilepaskan. Sebab “bayi menahan” piring, kadang kala piring tak bisa dilepaskan/diangkat. Agar piring bisa lepas, “si bayi dibujuk” dengan cincin emas. Cincin emas dimasukkan ke dalam piring. Entah itu sebabnya atau bukan, piring langsung bisa dilepas. Setelah itu piring tua berikutnya, yang berisi pisang, juga diletakkan di atas perut. Prosesnya sama.
Saat proses inti di atas selesai, dukun kembali mengambil beras lalu ditabur di atas kepala perempuan. Kemudian mengolesi keningnya dengan minya kelapa yang terdapat di piring kecil, yang mana di dalam piring tersebut terdapat satu butir telur ayam kampung.
Minyak juga diolesi ke perut perempuan hamil. Pemijatan lembut kemudian dilakukan, dengan memberi tekanan-tekanan tertentu di sekeliling perut.
Dukun kemudian mempersilahkan kerabat perempuan hamil dan mertuanya (ibu laki-laki) untuk menyetuh perut dan mendoakan agar ibu dan bayinya sehat dan selamat saat melahirkan nanti.
Setelah itu, dukun melanjutkan tugasnya dengan menaburkan beras ke kepala dan perut peremuan. Seekora ayam hitam “remaja” diambil lalu diarahkan ke kepala dan perut agar mematuk beras. Saat ayam selesai mematuk beras, tahap ini selesai.
Dilanjutkan dengan tahap berikut, ujung selendang yang berada di bawah tubuh perempuan hamil dipertemukan di atas perut untuk selanjutnya ditarik-tarik, seolah-olah memperbaiki posisi bayi di dalam kandungan.
Ketika proses di atas selesai, sang perempuan hamil diminta segera bangun untuk meniup api lilin di atas “pammenangan”. Setelah itu menuju teras.
Di teras, dukun mengambil air dari baskom yang berisi ramu-ramuan untuk kemudian dimasukkan ke dalam mulut sang perempuan hamil. Berkumur-kumur sebentar untuk kemudian dimuntahkan keluar.
Bersama suaminya, perempuan hamil kembali ke ruang tamu, di mana hidangan makanan yang dibawa rombongan keluarga besar laki-laki dihidangkan, khususnya yang berada di atas baki kuningan. Selain baki kuningan yang isinya telah disebutkan sebelumnya di atas, ada baki lebih kecil yang berada di atas “kappaq keqde” (baki berdiri, atau ada kaki penyangganya), isinya “buah rangas”, yaitu satu roti besar berbentuk ayam yang dikelilingi beberapa roti lebih kecil. Tampaknya itu menyimbolkan anak-anak ayam.
Kepada mereka berdua dipersilahkan untuk memilih makanan yang paling disukai. Saat itu, dipilih kurma dan apel. Juga, memakan “buah rangas”. Setelah suami-isteri mengambil makanan pilihannya, peserta upacara dipersilahkan untuk ikut menyantap.
Sang perempuan hamil kembali ke dalam kamar untuk melanjutkan proses upacara, yaitu “macceraq” (“ceraq” = darah). Oleh sang dukun, dia mengambil ayam yang dia gunakan tadi saat upacara pijatan untuk kemudian membuat luka di jengger ayam. Beberapa tetes darahnya dicampur dengan serbuk kapur di atas piring kecil. Setelah diaduk atau terbentuk sebuah adonan, adonan tadi dioleskan ke kening dan leher wanita hamil. Istilahnya “maccoqbo”. Tampak sang dukun juga mengolesi keningnya dengan adonan tadi.
Setelah tamu-tamu pulang, perempuan hamil dimandikan di teras rumah. Bahan mandi berupa air satu baskom yang didalamnya terdapat “burabeq anjoro” (bunga bakal buah kelapa), irisan-irisan daun pandan, dan “lopi-lopi” (bagian di atas pohon kelapa yang berbentuk perahu).
Saat dimandikan oleh sando, perempuan hamil duduk di atas satu tandan buah kelapa. Didekatnya terdapat dua tandan pisang. Prosesi mandi dilakukan selama tiga hari yang berlangsung pagi hari, sekitar jam delapan yang dipimpin dukun beranak. Bahan mandi tetap sama, hanya dilakukan penambahan air sesaat sebelum kegiatan mandi dilakukan. Sebelum mandi, juga dilakukan proses “manguriq” sebagaimana yang dilakukan seperti pada hari pertama.
Sebab masih ada ritual di hari kedua (20 September) dan ketiga (21 September), beberapa bahan makanan dan ritual tidak boleh dipindahkan dari tempat upacara, seperti piring tua di dalam kamar serta isinya (beberapa jenis makanan). Nanti setelah upacara selesai baru bisa dikeluarkan atau dihabiskan (dimakan).
Ritual di hari kedua dan ketiga tidak ramai lagi, hanya dihadiri oleh dukun, perempuan hamil, ibunya, beserta suami sang perempuan hamil. Juga tak ada upacara makan-makan, hanya proses “manguriq” dan mandi di teras.
Bila semua proses mandi selesai, “burabeq” kemudian digantung di plafon teras rumah. Bagian ini dibiarkan terus. Nanti bisa dilepaskan ketika bayi yang lahir nanti sudah mulai belajar berjalan. Tapi kalau mau dibiarkan/dipasang terus, juga tak apa-apa.

Melahirkan

Kamis, 11 November 2010, dinihari, sekitar jam dua. Darah keluar, menetes di paha. Tanda-tanda akan melahirkan pada sang ibu hamil yang “diuriq” dua bulan lalu. Sebab berbagai alasan, lebih memilih melahirkan di rumah sakit dibanding di rumah oleh bantuan dukun beranak.
Salah satunya, sang ibu kecil tubuhnya. Tinggi kurang 155cm, pinggul kecil, dan hamil pertama. Khawatir kalau ada apa-apa, misalnya butuh darah atau sulit untuk melahirkan. Kesimpulannya, pada momen terpenting, bukan tenaga dukun yang dibutuhkan, tapi medis (modern). Atas masukan dari bidan, yang datang sesaat setelah diinformasikan padanya bahwa ada tanda melahirkan, sang calon ibu dibawa ke Rumah Sakit Umum Majene. Bidan mengantar langsung bersama suaminya yang kebetulan punya mobil.
Singkat kata, proses persiapan melahirkan hingga pasca persalinan (total empat hari), tak ada dukungan dari dukun beranak.
Memang beberapa jam setelah bayi dilahirkan, oleh sang ibu perempuan hamil, mengirim potongan ari-ari ke Pambusuang agar bisa segera ditangani oleh sang dukun. Saat tiba di Pambusuang, ari-ari dimasukkan ke dalam panci beserta garam dan … Katanya, baru akan ditanam kalau bayi telah balik ke rumahnya; setelah terpotong sisa ari-ari di tali pusarnya.
Sehari setelah balik dari rumah sakit, Ahad, 16 November 2010, dukun beranak datang ke rumah “anaq sando-nya” (pasien) untuk melanjutkan tugasnya, yaitu memandikan bayi dan ibunya selama tiga hari berturut-turut. Idealnya mulai dimandikan sehari setelah melahirkan, tapi karena lama di rumah sakit, proses awal dimandikan baru dimulai lima hari kemudian.
Bayi dimandikan di atas lutut sang dukun, yang dilentangkan ke depan. Di bagian bawah terdapat baki penampung air. Bayi berbaring menghadap ke atas. Sang dukun melakukan pijatan-pijatan lembut ke tubuh bayi, seperti perut, wajah, kepala, leher, gusi (mulut), lengan, dan kaki. Setelah bayi, giliran ibu yang dimandikan dan memberi pijatan pada perutnya.
Selesai melakukan ritus kepada bayi dan ibunya selama tiga hari, sang dukun kembali lagi datang setelah potongan tali pusar terlepas dari perut bayi, tepatnya 21 November 2010. Dukun melakukan ritual penanaman potongan ari-ari bayi (yang dibawa dari rumah sakit sesaat setelah bayi dilahirkan). Potongan tersebut disimpan dalam panci tanah.
Panci ditanam di samping rumah (sebab rumah perempuan yang habis melahirkan tak ada kolong rumah). Setelah itu diadakan “baca-baca” di ruang tengah. Dihidangkan beberapa makanan, khususnya “loka tiraq” (pisang ambon).
Setelah itu, diadakan pembakaran dupa di dalam kamar bayi. Sebab sang bayi akan dinaikkan ke ayunan untuk pertama kali, dukun melakukan ritual. Ayunan dia asapi dengan dupa setelah itu sang bayi dinaikkan.
Adapun potongan ari-ari (kering) yang baru lepas dari pusar bayi, disimpan oleh “anak sando”, sebagai obat bila suatu saat sang bayi sakit.

SUMBER MODAL PADA SETIAP SIKLUS HIDUP PERUSAHAAN

Fungsi manajemen keuangan ada tiga, pertama mengatur alokasi modal pada aktiva perusahaan, kedua, membuat keputusan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan modal, dan ketiga, keputusan managerial.  Dari tiga fungsi tersebut masalah pemenuhan kebutuhan modal sering menjadi masalah yang pelik bagi perusahaan.
Modal merupakan salah satu faktor produksi terpenting yang digunakana perusahaan untuk membiayai operasi perusahaan.  Strategi pemenuhan modal perusahaan berhubungan dengan kebijakan struktur modal.  Sumber modal perusahaan berasal dari dua sumber yaitu dari dalam perrusahaan (internal) dan dari luar perusahaan (eksternal).  Sumber modal internal berasal dari laba (kas), biaya penyusutan, dan suntikan modal dari pemilik perusahaan.  Sedangkan sumber modal eksternal berasal dari utang dan saham.
Keputusan apakah modal dipenuhi dari sumber internal atau eksternal merupakan suatu keputusan yang tidak mudah.  Penggunaan sumber eksternal tidak menjadi masalah selama perusahaan mengalami pertumbuhan, karena perusahaan mempunyai harapan memperoleh laba dan arus kas yang cukup tinggi untuk menutupi kewajiban terhadap pemilik modal.  Namun tidak demikian dengan perusahaan yang tidak mengalami pertumbuhan, penggunaan sumber eksternal akan menambah beban dalam bentuk kewajiban membayar bunga dan turunnya nilai perusahaan.
Setiap perusahaan akan mengalami lima tahap siklus kehidupan yaitu tahap pendirian, ekspansi, pertumbuhan tinggi, kedewasaan, dan penurunan.  Pada setiap tahap siklus kehidupan ini kebutuhan akan besarnya modal akan berbeda.  Guna memenuhi kebutuhan tersebut perusahaan akan menggunakan strategi pendanaan berbeda pula.  Damodaran (2001) dalam teori analisis siklus kehidupan pendanaan (life cycle analysis of financing) menggambarkan kerangka strategi pendanaan yang dipilih perusahaan dihubungankan dengan tahap siklus hidup perusahaan.
Tahapan siklus hidup perusahaan yang dikemukakan oleh Damodaran ini tidak berbeda dengan siklus hidup produk dalam pemasaran yang terkenal itu.  Pada teori siklus hidup produk Kotler (1985:492) berpendapat bahwa bila produk mempunyai siklus hidup berarti ada empat hal yang harus diperhatikan.  Pertama, setiap produk mempunyai batas umur, kedua, penjualan produk melewati tahap-tahap yang jelas dan setiap tahap memberi tantangan berbeda, ketiga, keuntungan yang diperoleh akan meningkat dan menurun pada tahap berbeda, dan terakhir perusahaan dituntut menetapkan strategi yang berbeda dalam hal pemasaran, keuangan, produksi, personalia maupun pembelian pada setiap tahap siklus hidup produk.  Dari keempat hal tersebut salah satu yang terpenting adalah menetapkan strategi keuangan.
Damodaran (2001:512) berpendapat kebutuhan sumber dana yang berasal dari internal maupun eksternal pada setiap tahap siklus hidup perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan memperoleh aliran kas dan tingkat preferensi risiko. Secara umum pada tahap pendirian, sumber dana perusahaan banyak berasal dari pendiri perusahaan (sumber dana internal) dan utang bank.  Pada tahap ekspansi, peningkatan kebutuhan dana dipenuhi dari modal ventura.  Pada tahap pertumbuhan tinggi, perusahaan menjadi perusahaan publik (sumber dana eksternal).  Pada tahap kedewasaan, kebutuhan dana eksternal mulai menurun karena sumber dana internal yang relatif cukup.  Pada tahap terakhir, tahap penurunan, kebutuhan akan dana eksternal dan internal menurun drastis.
Studi tentang struktur modal perusahaan telah banyak dilakukan, diantaranya teori struktur modal tradisional, teori Modigliani dan Miller (1958), Static Trade-Off yang dikemukan oleh Miller (1977) dan teori Pecking Order Hypothesis oleh Myers dan Majluf (1984).  Penggunaan alternatif sumber dana perusahaan dengan teori Static Trade-Off didasarkan pada cost dan benefit-nya antara biaya modal dan keuntungan penggunaan utang yaitu, biaya kebangkrutan dan keuntungan pajak. Penentuan struktur modal perusahaan dengan Pecking Order Hypothesis didasarkan pada keputusan pendanaan secara hierarki
Myers dan Majluf (1984:148) mengemukakan bahwa manajer yang mengetahui jika nilai perusahaan mereka tinggi maka akan menerbitkan saham  tetapi jika nilai perusahaan rendah maka akan menggunakan kas yang berasal dari laba atau dengan kata lain perusahaan mengutamakan sumber dana internal yang berasal dari kas, dan apabila sumber dana internal tidak mencukupi maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman yaitu obligasi, kemudian sekuritas yang berkarateristik opsi, apabila belum mencukupi baru menerbitkan saham.
Damodaran (2001:512) yang diterjemahkan bebas oleh Gumanti (2001:16) membagi lima tahap siklus hidup produk yang dihubungkan dengan keputusan pendanaan. Lima tahap tersebut adalah
1. Tahap Pendirian (start up)
Tahap ini adalah tahap permulaan bagi setiap perusahaan baru.  Segala sesuatu yang mendukung operasi perusahaan bersifat baru, misalnya tenaga kerja, tempat, dan fasilitas lainnya.  Biasanya perusahaan yang baru didirikan berbentuk perusahaan perorangan dimana kebutuhan modalnya dipenuhi oleh pemilik (pendiri) ditambah dana pinjaman dari bank.  Sifat dari perusahaan yang baru berdiri adalah keengganan mereka untuk mengandalkan pinjaman dana dari pihak luar karena kemampuan infrastuktur masih belum memungkinkan.
2. Tahap Ekpansi
Pada tahap ini perusahaan sudah memiliki pelanggan dan cukup mampu memposisikan keberadaannya di pasar.  Manajemen termotivasi untuk melakukan pengembangan, untuk itu dibutuhkan dana yang tidak sedikit.  Pada tahap ini kebutuhan dana eksternal sangat tinggi karena aliran kas masuk relatif kecil.  Pilihan awal biasanya berasal dari dana privat atau perorangan (private equity) dan modal venture (venture capital).  Tidak jarang perusahaan akan mengambil keputusan untuk menjadi perusahaan publik (go public).
3. Tahap Pertumbuhan (high growth)
Begitu memasuki masa transisi untuk menjadi perusahaan publik, pilihan sumber pendanaan menjadi semakin terbuka.  Pada tahap ini, kebutuhan dana eksternal bersifat moderat relatif terhadap nilai perusahaan.  Kecenderungan perilaku aliran kas pada tahap ini masih tidak jauh berbeda dengan tahap kedua dimana laba yang diperoleh masih belum seimbang dibandingkan dengan pendapatan usaha (penjualan dan aliran kas yang masuk juga belum banyak sementara kebutuhan investasi relatif tinggi.  Biasanya perusahaan yang sudah menjadi perusahaan publik dan berada ada tahap pertumbuhan akan mencari alternatif pendanaan lain selain menambah saham yang ditawarkan ke upblik melalui mekanisme right issue atau opsi ekuitas (equity options).  Bila perusahaan memilih untuk menggunakan sumber dana utang, ada kecenderungan untuk memilih bentuk utang yang dapat dikonversi (convertible debt).
4. Tahap Kedewasaan (mature)
Perusahaan yang memasuki tahap ini mempunyai dua ciri yaitu:
a.  Peningkatan laba dan aliran kas yang cepat sebagai cermin dari keberhasilan investasi masa lalu.
b. Kebutuhan dana untuk investasi ada produk dan proyek baru akan mulai menurun.  Tingkat pertumbuhan perusahaan akan mulai mendatar,
Pada tahap ini kebutuhan dana eksternal mulai menurun dan sebagai gantinya, karena perusahaan telah mampu mencukui kebutuhan dana dari dalam, dana internal akan lebih menarik untuk dijadikan alternatif pendanaan.  Jenis kebutuhan dana dari luar mulai berubah.  Perusahaan akan lebih menyukai dana utang, khususnya dari bank atau dengan menerbitkan obligasi.
5. Penurunan (decline)
Pada tahap ini ciri utama yang ditemui adalah penurunan yang stabil terhadap pendapatan dan laba sebagai konsekuensi dari kedewasaan perusahaan dan masuknya pesaing-pesaing baru.  Walaupun investasi yang ada masih mampu menghasilkan aliran kas, tetapi jumlahnya relatif tidak banyak.  Disamping itu, kebutuhan perusahaan untuk investasi baru mulai menurun.  Pada tahap ini kebutuhan dana eksternal menurun drastis karena proyek-proyek atau investasi baru juga menurun dan jumlah dana internal yang tersedia diperusahaan sangat besar.  Perusahan berpikir bahwa penjualan saham atau obligasi sudah bukan alternatif yang menarik lagi bahkan dengan kelebihan dana internal perusahaan mulai berpikir untuk melunasi semua kewajibannya atau membeli balik sahamnya.  Pada tahap ini dapat dikatakan bahwa perusahaan secara bertahap mengalami apa yang disebut sebagai melikuidasi diri sendiri.
Tabel 1
Analisis Siklus Kehidupan Pendanaan
Kebutuhan Dana Luar Tinggi, tetapidibatasi oleh infrastuktur Tinggi, relatif terhadap nilai perusahaan Moderat, relatif terhadap nilai perusahaan Menurun, sebanding prosentase nilai perusahaan Rendah, karena proyek menyusut
Pendanaan Internal Negatif atau rendah Negatif atau rendah Rendah, relatif terhadap kebutuhan pendanaan Tinggi, relatif terhadap kebutuhan pendanaan Lebih dari kebutuhan pendanaan
Pendanaan Eksternal Modal pemilik, utang bank Modal ventura, saham biasa Saham biasa, warran, convertibles Utang Bayar utang,  beli kembali saham
Tahap Pertumbuhan Tahap 1 Pendirian Tahap 2 Ekspansi Tahap 3 Pertumbuhan Kedewasaan Penurunan
Transisi            Penilaian            Penawaran           Penawaran              Penawaran
Pendanaan        ekuitas               Saham Perdana    Saham Musiman     Obligasi

SIKLUS HIDUP IKAN SALMON

Ikan Salmon, satu dari sekian banyak jenis ikan yang banyak mengandung nilai gizi yang sangat bermanfaat bagi manusia. Jenis ikan ini dapat hidup di perairan tawar dan laut, dan merupakan salah satu komoditi hasil perikanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Terlepas dari semua itu, judul di atas akan menjadi topik utama tulisan ini sekedar untuk menambah pengetahuan kita bersama.
Siklus hidup ikan salmon bermula di perairan tawar (sungai), disini telur telur ikan salmon menetas (biasanya pada bulan November) dan disini perjuangan hidupnya bermula. Tingkat kematian ikan salmon pada tahap ini sangat besar. Dari total jumlah telur yang dibuahi, lebih kurang setengahnya yang berhasil menetas. Ikan salmon yang baru menetas ini dinamakan “alevin” yang hidup di antara tumpukan kerikil di dasar sungai dengan memakan plankton. Setelah persediaan makanan habis, alevin akan keluar dari kerikil dasar sungai (bulan Mei/Juni), pada tahap ini ikan salmon dinamakan “Fry”. Fry kemudian tumbuh dan berkembang menjadi “smolt” yang kemudian bergerak ke muara sungai menuju ke lautan lepas.
Tahun pertama hidup di lautan merupakan tahap kritis ikan salmon menghadapi pemangsanya. Predator yang memangsa ikan salmon dalam jumlah banyak adalah anjing laut. Disamping itu, singa laut, beruang, burung dan manusia juga menjadi ancaman kelangsungan hidup ikan salmon.

Lama berpetualang di lautan (4-7 tahun), ikan salmon tumbuh besar dan cukup dewasa untuk bereproduksi. Disini letak keunikan ikan salmon, dimana hidupnya bermula (menetas dari telur) disanalah ikan salmon melakukan proses reproduksi. Ikan salmon yang hidup berkoloni (berkumpul dalam jumlah yang sangat banyak) akan berkumpul dengan koloni ikan salmon lainnya untuk bermigrasi kembali ke perairan tawar yaitu sungai.
Perjalanan pulang ikan salmon tidaklah sebentar, memakan waktu dengan hitungan bulan. Banyak rintangan yang menghadang perjalanannya, melewati batu karang, berenang melawan arus, melompat mendaki air terjun (daya lompat ikan salmon bisa mencapai 3 meter),dan lain lain.
Satu hal lagi, selama melakukan perjalanan pulang, ikan salmon tidak makan apa apa alias berpuasa. Cadangan lemak yang ada di tubuhnya merupakan sumber makanan hingga sampai ke perairan tawar. Pemakaian cadangan lemak tubuh ini akan menyebabkan perubahan fisik pada ikan salmon. Pada tahap ini, banyak ikan salmon yang mati karena luka, keletihan ataupun pemangsa, hingga akhirnya hanya sedikit yang berhasil sampai ke hulu sungai.
Dari sumber yang ada, belum ada yang bisa memastikan bagaimana cara ikan salmon dapat menemukan kembali jalan pulang ke sungai tempat mereka ditetaskan setelah berenang di lautan bertahun tahun lamanya dan beribu ribu kilo jauhnya. Teori yang paling banyak di anut adalah ikan salmon menyimpan secara otomatis aroma dimana tempat dia ditetaskan, dan inilah yang nantinya akan menuntun perjalanan pulang kembali ke tempat asal.
Sesampainya di hulu sungai (atau tempatnya ditetaskan), dalam keadaan lelah ikan salmon akan menggali tanah di dasar sungai membuat lobang (25-30cm) untuk sarang dengan menggunakan ekornya. Di lobang itulah ikan salmon betina mengeluarkan telur 3.000-8.000 butir dan kemudian dibuahi oleh sperma ikan salmon jantan. Selesai melakukan pembuahan, ikan salmon jantan dan betina menutup kembali sarang tersebut dengan kerikil.
Kedua ikan salmon akan tinggal beberapa hari disekitar sarang tersebut hingga akhirnya mati kehabisan energi. Sebagian bangkai ikan salmon akan dimakan oleh binantang yang hidup di dasar sungai, dan sebagian lagi akan membusuk dengan bantuan bakteri hingga menjadi pupuk alami. Pupuk alam tersebut akan dimakan oleh plankton dan serangga kecil di dasar sungai. Pada akhirnya, plankton dan serangga kecil ini akan menjadi makanan pokok bagi ikan salmon yang baru menetas satu bulan kemudian.
Begitulah perjuangan dan siklus hidup ikan salmon. Yatim piatu sejak menetas, menempuh perjalanan dengan resiko yang sangat besar dan berkorban demi kelangsungan populasinya dimasa yang akan datang. Tentu banyak hal positif yang bisa kita ambil dari cerita ini selain dari kandungan gizi yang dikandung ikan salmon. Semoga bermanfaat.

Siklus Hidup Dan Perkembangbiakan Ikan Gurame

Siklus hidup ikan gurame tidak berbeda dengan kebanyakan ikan air tawar lainnya, termasuk dengan siklus hidup ikan mas. Sebut saja siklus ini dimulai dari telur, maka siklus ikan gurami adalah telur, larva, benih, konsumsi, calon induk dan induk. Inilah pendapat para ahli tentang siklus hidup ikan gurami. Pendapat ini mungkin bisa dijadikan sebagai referensi.
Meski siklus hidupnya hampir sama, tetapi sifat hidup ikan gurami dengan sifat hidup ikan mas jauh berbeda. Ini wajar karena habitat kedua ikan itu berbeda, ikan mas berasal dari sungai, sedangkan ikan gurame dari rawa. Perbedaan pertama terjadi pada cara bertelur. Ikan mas bertelur dimana saja, sedangkan ikan gurami bertelur dalam tempat khusus, yaitu dalam sarang.
Proses adaftasi pemijahan ikan mas berlangsung cepat, dalam beberapa jam disatukan segera akan memijah. Sedangkan proses adaftasi pemijahan ikan gurame sangat lama, tidak setelah beberapa jam, tetapi setelah beberapa hari baru memijah. Setelah memijah, ikan mas pergi begitu saja, sedangkan ikan gurami akan merawatnya.
Selain cara bertelur, sifat telur ikan gurami dengan sifat telur ikan mas jauh berbeda. Telur ikan mas bersifat tenggelam dan adhesif. Ketika baru keluar dari induk, sifat adhesifnya langsung muncul, dimana telur-telur ikan mas akan melekat pada benda apa saja yang ada di sekitarnya.
Sedangkan sifat telur ikan gurame tidak tenggelam, serta tidak adhesif. Ketika baru keluar dari induknya, telur ikan gurame tidak akan tenggelam, tetapi akan melayang. Selain itu, telur ikan gurami tidak melekat pada benda-benda. Dari semua itu, siklus yang unik terjadi dari fase telur menuju larva. Karena dalam fase ini terjadi pembentukan hampir semua organ tubuh. Inilah masa kritis dalam kehidupan ikan gurami.
EFFENDIE (1997), mengatakan bahwa pada periode larva, ikan mengalami dua fase perkembangan, yaitu prolarva dan pasca larva. Ciri-ciri prolarva adalah masih adanya kuning telur, tubuh transfaran dengan beberapa pigmen yang belum diketahui fungsinya, serta adanya sirip dada dan sirip ekor walaupun bentuknya belum sempurna. Mulut dan rahang belum berkembang dan ususnya masih merupakan tabung halus, pada saat tersebut makanan didapatkan dari kuning telur yang belum habis terserap. Biasanya larva ikan yang baru menetas berada dalam keadaan terbalik karena kuning telurnya masih mengandung minyak. Gerakan larva hanya terjadi sewaktu-waktu dengan menggerakan ekornya ke kiri dan ke kanan.
Masih kata EFFENDIE (1997), bahwa masa pasca larva ikan ialah masa dari hilangnya kantung kuning telur sampai terbentuk organ-organ baru atau selesainya taraf penyempurnaan organ-organ yang ada. Pada akhir fase tersebut, secara morfologis larva telah memiliki bentuk tubuh hampir seperti induknya. Pada tahap pascalarva ini sirip dorsal (punggung) sudah mulai dapat dibedakan, sudah ada garis bentuk sirip ekor dan anak ikan sudah lebih aktif berenang. Kadang-kadang anak ini memperlihatkan sifat bergerombol walaupun tidak selamanya. Setelah masa pascalarva ini berakhir, ikan akan memasuki masa juvenil.
Menurut SUNARMA (2004), telur gurami akan menetas dalam selang waktu 36 – 48 jam pada padat tebar 4 – 5 butit/cm2 dengan kedalaman air 15 – 20 cm dan pemberian aerasi kecil pada suhu 29 – 30 O C, atau dengan padat tebar 1 – 2 butir/cm2 tanpa pemberian aerasi. Larva ikan gurami yang menetas akan terapung dengan bagian perut berada di sebelah atas. Sedangkan kata SUSANTO (1991), sebagian larva akan menempel pada substrat karena adanya alat penempel yang terletak pada bagaian kepala.
Kuning telur pada gurami akan habis dalam waktu 7 -8 hari setelah menetas. Mulai saat tersebut larva gurami sudah dapat memakan pakan alami yang dilakukan secara bertahap (DJARIJAH dan PUSPOWARDOYO, 1992). Menurut SUNARMA (2004) pakan alami yang dapat diberikan dapat berupa cacing rambut (Tubifex sp.), Daphnia sp., Moina sp., atau pakan alami lainnya yang sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya.
Setelah larva fase kehidupan gurame adalah benih. Fase benih dijalani cukup panjang, karena pertumbuhhan gurami sangat lambat. Karena itu untuk mencapai benih yang siap dipelihara di kolam pembesaran harus melalui beberapa tahap. Menurut SUNARMA (2004) tahapan pendederan pertama dilakukan setelah larva habis kuning telurnya (7 – 9 hari) dengan padat penebaran 8 – 10 ekor/l pada akuarium, 15 – 20 ekor pada air dengan sistem resirkulasi, 250 – 500 ekor/m2 dan 100 ekor/m2 pada kolam tanah.
Selanjutnya SUNARMA (2004) mengatakan bahwa waktu pemeliharaan pada pendederan pertama selama 30 – 40 hari. Selama itu dapat menghasilkan berukuran antara 2,0 – 2,5 cm dengan berat antara 0,3 – 0,4 gram. Tingkat kelangsunga hidup dapat mencapai 80 – 90 persen (dalam wadah terkontrol) atau ukuran antara 1 – 2 cm dengan berat antara 0,2 – 03 gram dengan tinggkat kelangsungan hidup sekitar 60 – 70 persen dalam kolam tanah.
Menurut SUSANTO (2001) gurame mulai berbiak setelah berumur 2 – 3 tahun, yaitu saat dimana induk betina telah matang telur dan induk jantan telah menghasilkan sperma. Induk betina akan mengeluarkan telur dari dalam perutnya ke dalam sarang, yang kemudian diikuti oleh induk jantan dengan menyermprotkan spermanya. Selama pemijahan, sarang dijaga induk jantan. Setelah pemijahan selesai maka gantian induk betina yang menjaganya. Induk betina dapat menghasilkan telur antara 500 – 3.000 butir. Telur besifat mengapung, karena mengandung gelembung minyak.
Kebiasaan makan
Inilah gambaran tentang kebiasaan makan ikan gurame. Secara umum kebiasaan makanan (food habit), ikan dibagi dalam tiga golongan, yaitu ikan pemakan tumbuhan (herbivora), ikan pemakan hewan (carnivora) dan ikan pemakan segala (omnivora). Ikan mas termasuk herbivora atau ikan yang sepanjang hidupnya pemakan tumbuhan. Menurut SUSANTO (2001) gurami adalah mahluk dimana pada saat muda karnivora, sedangkan setelah dewasa herbivora. Karena jenis makanan seperti itulah yang menjadi penghambat pertumbuhan gurame.
SUSANTO (2001), juga mengatakan makan yang sering dimakan ikan gurami remaja dan induk adalah daun keladi (Colocasia estulata Schott), ketela pohon (Manihot utilissima Bohl), pepaya (Carica papaya Linn), ketimun (Cucumis sativus L), genjer (Limnocharis flava Buch), ubi jalar (Ipomoa batatas Lamk), labu (Curcubita moschata Duch en Poir).
Daun pepaya, konon menurut petani gurami di Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat tidak baik untuk induk karena bisa merusak kantong telur sehingga sering menggagalkan pemijahan ikan gepeng ini. Demikian juga dengan daun ubi jalar yang juga kurang bagus bagi induk karena kandungan proteinnya rendah, sehingga induk-induk yang diberi daun ini menjadi kurang produktif.
Konon yang paling bagus untuk makanan induk dan remaja adalah daun keladi. Namun tidak boleh langsung diberikan, tetapi harus dilayukan dulu, agar kandungan getahnya yang sering menyebabkan kawanan gurame terserang penyakit cacar bisa berkurang. Sedangkan menurut sebagian besar ahli perikanan, pada awalnya gurame yang telah habis kuning telurnya akan makan imfusoria dan rotifera, yaitu jasad renik yang bisa diperoleh di perairan umum atau mengkulturnya di kolam.
Setelah berumur beberapa hari, benih akan mengincar larva insektatelur semut, larva crustacea. Sehingga gurami tidak hanya sebagai vegetarian sejati, tetapi juga sebagai pemakan hewani (SUSANTO, 2001). Pada umur 10 hari, yaitu fase prolarva makan yolksack; umur 1,5 bulan gurame makan hewani, yaitu rayap, ulat, telur semut merah, ulat, dedak halus, dan kuning telur yang direbus; 1,5 – 3 bulan (2 – 3 cm) gurame makanan hewani, tumbuhan halus, paku air, bungkil halus; 3,5 – 8 bulan (5 – 8) gurame makan tumbuh-tumbuhan halus, dedak dan pelet; delapan bulan hingga setahun gurami makan pelet, daun-daunan, dan dedak.

SIKLUS HIDUP SAAT USIA MAKIN BERTAMBAH

Jakarta, Sama seperti halnya bagian tubuh lain, maka penis pun akan mengalami perubahan seiring bertambahnya usia. Perubahan yang terjadi pada penis meliputi penampilan, ukuran, kelengkungan, sensitivitas dan sudut saat ereksi.

Bukan rahasia lagi bahwa seiring bertambahnya usia maka terjadi penurunan fungsi seksual. Seperti membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan ereksi dan mencapai orgasme serta penurunan volume air mani dan kualitas sperma.

Selain itu laki-laki juga mengalami penurunan yang bertahap dalam hal fungsi kemih. Studi menunjukkan bahwa aliran air seni akan melemah akibat otot-otot kandung kemih yang menurun dan pada beberapa kasus akibat pembesaran prostat.

Studi terbaru menunjukkan bahwa penis itu sendiri akan mengalami perubahan yang signifikan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada penis seiring bertambahnya usia, seperti dikutip dari WebMD, Selasa (14/6/2011) yaitu:

1. Penampilan
Perubahan yang signifikan terjadi pada dua hal yaitu kepala penis (glans) dan pertumbuhan rambut kemaluan. Kepala penis secara bertahap akan berwarna keunguan akibat aliran darah yang berkurang. Sedangkan pertumbuhan dari rambut kemaluan akan mengalami penurunan atau melambat.

2. Ukuran
Laki-laki yang bertambah tua umumnya menjadi gemuk akibat terakumulasinya lemak di perut bagian bawah sehingga mempengaruhi ukuran penis. Lapisan lemak yang ada tersebut akan membuat batang penis terlihat lebih pendek.

Selain itu penis juga bisa mengalami penyusutan dan pengurangan dalam hal ukuran. Penurunan ukuran ini meliputi panjang dan ketebalannya yang mungkin tidak secara drastis tapi bisa terlihat. Misalnya saat ereksi di usia 30 tahun ia memiliki panjang 6 inci (15,24 cm), tapi saat beusia 60-an tahun mungkin panjangnya hanya 5 inci (12,7 cm).

Sedangkan penyusutan bisa diakibatkan oleh lambatnya pengendapan zat lemak dalam pembuluh darah kecil di penis atau bisa juga melibatkan penumpukan bertahap kolagen inelastis (jaringan parut).

Seiring dengan perubahan ukuran penis, maka testis pun mengalami perubahan. Sekitar usia 40 tahun testis mulai menyusut, misalnya saat usia 30 tahun ia berdiameter 3 cm mungkin saat usia 60 tahu ia hanya memiliki 2 cm.

3. Kelengkungan
Jika jaringan parut pada penis terakumulasi secara tidak merata, maka penis bisa jadi melengkung. Kondisi ini dikenal dengan penyakit Peyronie yang sering terjadi pada usia pertengahan. Hal ini menyebabkan ereksi yang menyakitkan dan membuat hubungan seks menjadi sulit. Solusinya kemungkinan memerlukan operasi.

4. Sensitivitas
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa penis menjadi kurang sensitif dari waktu ke waktu. Hal ini bisa membuat seseorang sulit mencapai ereksi dan orgasme.

5. Sudut berdiri penis saat ereksi
Semakin bertambah usia maka sudut ereksi yang terbentuk akan semakin kecil. Pada usia 13-31 tahun maka sudut ereksinya sekitar 90 derajat, usia 31-41 tahun sudut ereksi sekitar 75 derajat, usia 41-49 tahun sudut ereksinya sekitar 60 derajat, usia 50-59 tahun sudut ereksinya sekitar 45 derajat, usia 59-64 tahun sudut ereksinya sekitar 30 derajat dan usia 64 tahun ke atas sudut ereksinya sekitar 15 derajat.

SIKLUS HIDUP HIV



Siklus Hidup HIV

SIKLUS HIDUP SISTEM

Siklus hidup sistem (system life cycle – SLC) adalah proses evolusioner yang diikuti dalam menerapkan sistem atau subsistem informasi berbasis komputer.
Dilakukan dengan strategi Top-Down Design.
Tahapan dari siklus hidup sistem yaitu :
1. Tahap Perencanaan
2. Tahap Analisis
3. Tahap Rancangan
4. Tahap Penerapan
5. Tahap Penggunaan
Siklus hidup sistem yang pertama dikelola oleh manajer unit jasa informasi, dibantu oleh manajer dari analisis sistem, pemrograman dan operasi. Namun kecenderungan saat ini, meletakkan tanggung jawab pada tingkat yang lebih tinggi dan lebih rendah. Ada tiga tingkatan besar (hirarki) dari manajemen siklus hidup sistem, yaitu :
A. Tanggung Jawab Eksekutif
Ketika sistem memiliki nilai strategis atau mempengaruhi seluruh organisasi, direktur utama atau komite eksekutif mungkin memutuskan untuk mengawasi proyek pengembangannya. Ketika lingkup sistem menyempit dan folusnya lebih operasional kemungkinan besar kepemimpinan akan dipegang oleh eksekutif tingkat yang lebih rendah, seperti wakil direktur utama, direktur bagian administrasi, dan CIO.
B. Komite Pengarah SIM (steering committee MIS – SC MIS)
Banyak perusahaan membuat suatu komite khusus, di bawah tingkat komite eksekutif, yang bertanggung jawab atas pengawasan seluruh proyek sistem. Jika tujuan komite tersebut adalah memberikan petunjuk, pengarahan dan pengendalian yang berkesinambungan, dalam rangka penggunaan sumber daya komputer perusahaan maka komite tersebut dinamakan Komite Pengarah SIM.
Komite Pengarah SIM melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu :
a. menetapkan kebijakan
b. menjadi pengendali keuangan
c. menyelasaikan pertentangan
Keuntungan yang dicapai :
· semakin besar kemungkinan komputer akan digunakan untuk mendukung pemakai di seluruh perusahaan.
· Semakin besar kemungkinan proyek-proyek komputer akan mempunyai perencanaan dan pengendalian yang baik.
C. Kepemimpinan Proyek
Komite pengarah SIM yang terlibat langsung dengan rincian pekerjaan, tanggung jawabnya ada pada Tim Proyek. Tim proyek mencakup semua orang yang ikut serta dalam pengembangan sistem berbasis komputer.
Adapun tahap-tahap dalam siklus hidup sistem yaitu:
Ø TAHAP PERENCANAAN
Keuntungan dari merencanakan proyek CBIS, yaitu :
· Menentukan lingkup dari proyek
Unit organisasi, kegiatan atau sistem manakah yang terlibat dan mana yang tidak, Hal tersebut akan memberikan perkiraan awal dari skala sumber daya yang diperlukan.
· Mengenali berbagai area permasalahan potensial
Akan menunjukkan hal-hal yang mungkin tidak berjalan dengan semestinya, sehingga hal tersebut dapat dicegah.
· Mengatur urutan tugas
Banyak tugas-tugas terpisah yang diperlukan untuk mencapai sistem. Tugas tersebut diatur dalam urutan logis berdasarkan prioritas informasi dan kebutuhan agar efisien.
· Memberikan dasar untuk pengendalian
Tingkat kinerja metode pengukuran tertentuharus dispesifikasikan sejak awal.
Ø TAHAP ANALISIS
Ketika perencanaan selesai dan mekanisme pengendalian telah berjalan, tim proyek beralih pada analisis sistem yang telah ada. Analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem baru atau diperbarui.
Adapun tahapannya yaitu :
1. Mengumumkan Penelitian Sistem
Manajer khawatir terhadap penerapan aplikasi komputer baru yang mempengaruhi kerja para pegawainya. Sehingga perlu dikomunikasikan kepada para pegawai tentang :
a. alasan perusahaan melaksanakan proyek
b. bagaimana sistem baru akan menguntungkan perusahaan dan pegawai.
2. Mengorganisasikan Tim Proyek
Tim proyek yang akan melakukan penelitian sistem dikumpulkan. Agar proyek berhasil, pemakai sangat perlu berperan aktif daripada berperan pasif. Banyak perusahaan mempunyai kebijakan menjadikan pemakai sebagai pemimpin proyek dan bukannya spesialis informasi.
3. Mendefinisikan Kebutuhan Informasi
Analis mempelajari kebutuhan informasi pemakai dengan terlibat dalam berbagai kegiatan pengumpulan informasi (wawancara, pemgamatan, pencarian catatan, dan survei).
4. Mendefinisikan Kriteria Kinerja Sistem
Langkah selanjutnya adalah menspesifikasikan secara tepat apa yang harus dicapai oleh sistem, yaitu kriteria kinerja sistem. Misalkan,
· Laporan harus disiapkan dalam bentuk salinan kertas dan tampilan komputer;
· Laporan harus tersedia tidak lebih dari 3 hari setelah akhir bulan;
· Laporan harus membandingkan pendapatan dan biaya actual dengan anggarannya baik untuk bulan lalu maupun sepanjang tahun hingga sekarang (year to date).
5. Menyiapkan Usulan Rancangan
Analis sistem memberikan kesempatan bagi manajer untuk membuat keputusan teruskan atau hentikan untuk kedua kalinya. Dalam hal ini manajer harus menyetujui tahap rancangan bagi keputusan tersebut termasuk di dalam usulan rancangan.
6. Menerima atau Menolak Proyek Rancangan
Manajer dan komite pengarah SIM mengevaluasi usulan rancangan dan menentukan apakah akan memberikan persetujuan atau tidak. Dalam beberapa kasus, tim mungkin diminta melakukan analisis lain dan menyerahkannya kembali atau mungkin proyek ditinggalkan. Jika disetujui, proyek maju ke tahap rancangan.
Ø TAHAP PERANCANGAN
Rancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. Jika sistem itu berbasis komputer, rancangan dapat menyertakan spesifikasi jenis peralatann yang akan digunakan.
Langkah-langkah tahapan rancangan yaitu :
1. Menyiapkan rancangan sistem yang terinci
2. Mengidentifikasi berbagai alternatif konfigurasi sistem
3. Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi system
4. Memilih konfigurasi terbaik
5. Menyiapkan usulan penerapan
6. Menyetujui atau menolak penerapan sistem
Ø TAHAP PENERAPAN
Penerapan merupakan kegiatan memperoleh dan mengintegrasikan sumber daya fisik dan konseptual yang menghasilkan suatu sistem yang bekerja. Adapun tahapannya yaitu :
1. Merencanakan penerapan;
Manajer dan spesialis informasi harus memahami dengan baik pekerjaan yang diperlukan untuk menerapkan rancangan sistem dan untuk mengembangkan rencana penerapan yang sangat rinci.
2. Mengumumkan penerapan;
Proyek penerapan diumumkan kepada para pegawai dengan cara yang sama pada penelitian sistem. Tujuannya adalah untuk menginformasikan kepada para pegawai mengenai keputusan untuk menerapkan sistem baru dan meminta kerjasama mereka.
3. Mendapatkan sumber daya perangkat keras;
Rancangan sistem disediakan bagi para pemasok berbagai jenis perangkat keras yang terdapat pada konfigurasi sistem yang disetujui.
4. Mendapatkan sumber daya perangkat lunak;
Ketika perusahaan memutuskan untuk menciptakan sendiri perangkat lunak aplikasinya, programmer menggunakan dokumentasi yang disiapkan oleh analis sistem sebagai titik awal. Programmer dapat menyiapkan dokumentasi yang lebih rinci seperti flowchart atau bahasa semu (psedudo code) yang terstruktur, dilakukan pengkodean, dan pengujian program. Hasil akhirnya adalah software library dari program aplikasi. Jika perangkat lunak aplikasi jadi (prewritten application software) dibeli, pemilihan pemasok perangkat lunak dapat mengikuti prosedur yang sama seperti yang digunakan untuk memilih pemasok perangkat keras, yaitu RFP dan Usulan.
5. Menyiapkan database;
Pengelola database (database administrator – DBA) bertanggung jawab untuk semua kegiatan ynag berhubungan dengan data, dan mencakup persiapan database.
6. Menyiapkan fasilitas fisik;
Jika perangkat keras dan sistem baru tidak sesuai dengan fasilitas yang ada, perlu dilakukan konstruksi baru atau perombakan.
7. Mendidik peserta dan pemakai;
operator entry data, pegawai coding, dan pegawai administrasi lainnya. Semuanya harus dididik tentang peran mereka dalam sistem. Pendidikan harus dijadualkan jauh setelah siklus hidup dimulai, tepat sebelum bahan-bahan yang dipelajari mulai diterapkan.
8. Menyiapkan usulan cutover;
Proses menghentikan penggunaan sistem lama dan memulai menggunakan sistem baru disebut cutover.
9. Menyetujui atau menolak masuk ke sistem baru;
Manajer dan SC MIS menelaah status proyek dan menyetujui atau menolak rekomendasi tersebut.
10. Masuk ke sistem baru.
Ada 4 pendekatan dasar (cutover), yaitu :
a. Percontohan (pilot) yaitu suatu sistem percobaan yang diterapkan dalam satu subset dari keseluruhan operasi.
b. Serentak (immediate) merupakan pendekatan yang paling sederhana yakni beralih dari sistem lama ke sistem baru pada saat yang ditentukan.
c. Bertahap (phased), sistem baru digunakan berdasarkan bagian per bagian pada suatu waktu.
d. Paralel (parallel), mengharuskan sistem lama dipertahankan sampai sistem baru telah diperiksa secara menyeluruh. Akan memberikan pengamanan yang paling baik terhadap kegagalan tetapi yang paling mahal, karena kedua sumber daya harus dipertahankan.
Ø TAHAP PENGGUNAAN
Tahap penggunaan terdiri dari 5 langkah, yaitu :
1. Menggunakan sistem
Pemakai menggunakan sistem untuk mencapai tujuan yang diidentifikasikan pada tahap perencanaan.
2. Audit sistem
Setelah sistem baru mapan, penelitian formal dilakukan untuk menentukan seberapa baik sistem baru itu memenuhi kriteria kinerja.
3. Memelihara sistem
Selama manajer menggunakan sistem, berbagai modifikasi dibuat sehingga sistem terus memberikan dukungan yang diperlukan.
4. Menyiapkan usulan rekayasa ulang
Ketika sudah jelas bagi para pemakai dan spesialis informasi bahwa sistem tersebut tidak dapat lagi digunakan, diusulkan kepada SC MIS bahwa sistem itu perlu direkayasa ulang (reengineered). Usulan itu dapat berbentuk memo atau laporan yang mencakup dukungan untuk beralih pada suatu siklus hidup sistem baru. Dukungan tersebut mencakup penjelasan tentang kelemahan interen sistem, statistik mengenai biaya perawatan, dan lain-lain.
5. Menyetujui atau menolak rekayasa ulang system
Manajer dan komite pengarah SIM mengevaluasi usulan rekayasa ulang sistem dan menentukan apakah akan memberikan persetujuan atau tidak.
Prototipe (Prototyping).
Prototype memberikan ide bagi pembuat dan pemakai potensial tentang cara sistem berfungsi dalam bentuk lengkapnya. Proses akan menghasilkan prototype (prototyping).
Daya tarik prototype, yaitu :
a. Komunikasi antar analis sistem dengan pemakai membaik.
b. Analis dapat bekerja dengan lebih baik dalam menentukan kebutuhan pemakai.
c. Pemakai berperan lebih aktif dalam pengembangan sistem.
d. Lebih efisien dan dapat menghemat biaya pengembangan.
e. Penerapan lebih mudah.
Potensi kegagalan prototype, yaitu :
a. Bersifat tergesa-gesa.
b. Berharap sesuatu yang tidak realistis dari sistem operasionalnya.
c. Prorotipe I tidak efisien terhadap sistem yang dikodekan dengan bahasa pemrograman.
d. User interface tidak mencerminkan teknik perancangan yang baik.
Penerapannya mempunyai prospek yang baik, dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Risiko tinggi
b. Pertimbangan interaksi pemakai
c. Jumlah pemakai banyak
d. Dibutuhkan penyelesaian yang cepat
e. Perkiraan tahap penggunaan sistem yang pendek
f. Sistem yang inovatif
g. Perilaku pemakai yang sukar ditebak.