Sampah dan Siklus Hidup
Tentang siklus hidup setelah banyak menghayati keberadaan limbah atau sampah. "Limbah bukan sesuatu yang berbahaya, malah bisa dimanfaatkan kembali," "Sampah itu akronim dari Suatu Alat Meningkatkan Pendapatan Anda Harian. "Pemulung bisa hidup dari sampah. Ibu rumahtangga biasa memisahkan koran dan botol, lalu menjualnya. Banyak peluang bisa diambil dari sampah." Cara berpikir linier (lurus) mengajarkan orang berpikir dengan runutan bahan baku-produk-limbah. Tetapi, berpikir melingkar atau tertutup membuat orang kreatif, menjadikan lagi limbah sebagai bahan baku untuk dijadikan produk kembali. ndustri tapioka bisa menghasilkan limbah asam nitrat yang bermanfaat. Hotel bisa menggunakan air limbah untuk menggelontor air WC atau menyiram tanaman. Teknologi untuk mewujudkan pun terus berkembang dan makin mudah ditemukan.
Siklus merupakan cara hidup bijaksana antara manusia dan lingkungan, dua hal tak terpisahkan. Ajaran agama mana pun mengingatkan hal tersebut. Di Bali dikenal tri hita karana atau tiga penyebab kesejahteraan yang dibangun karena hubungan baik antara Tuhan, masyarakat, dan lingkungan. Kerusakan lingkungan secara global terjadi karena manusia berlebihan menggunakan kebebasannya. Awalnya manusia hanya menggunakan alam untuk memenuhi kebutuhan bertahan hidup, lalu kebutuhan itu berkembang, dan manusia lupa tanggung jawabnya. Padahal, sumber daya alam tidak bertambah.
Dulu, hidup linier tidak menimbulkan masalah karena jumlah manusia masih sedikit. Alam bisa memperbaiki dirinya dengan mudah. Tetapi, dengan terus bertambahnya manusia, alam membutuhkan bantuan memperbaiki diri. Satu orang butuh air bersih minimum 100 liter per hari. Dengan jumlah manusia di bumi saat ini yang jumlahnya enam miliar, setidaknya air yang dibutuhkan sekitar 600 miliar liter. Air yang sudah digunakan dibuang lagi, 70 persen tidak dikelola dengan baik. "Anda bisa bayangkan apa yang terjadi pada Bumi?" jumlah air tetap tetapi jumlah air yang diambil dan menjadi limbah terus bertambah.
Etika
Itulah sebabnya, manusia perlu punya etika agar bisa hidup dalam lingkungan berkualitas baik. "Masalah lingkungan itu masalah hati, masalah kemauan. Etika harus diajarkan sejak pendidikan dasar, dari keluarga, saat anak masih kecil. Etika hidup yang baik antara manusia dan lingkungan terlihat pada interaksi orang-orang pedalaman, seperti Dayak, Baduy, dan Asmat. "Mereka tidak merusak karena sangat akrab dengan alam," Masalahnya, bagaimana mendidik anak dalam keluarga agar bisa memiliki budi pekerti memadai untuk hidup berdampingan dengan alam jika orangtua di rumah masih kurang wawasannya mengenai etika hidup?
"Indonesia kan pernah sukses menjalankan program Keluarga Berencana dengan memberdayakan para ibu rumah tangga sebagai penyampai informasi melalui Program Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Cara seperti ini masih bisa dilakukan untuk mengajarkan etika pada lingkungan," Pendidikan budi pekerti menjadi penting karena, menurut dia, saat ini bangsa Indonesia baru bisa memanfaatkan lingkungan tetapi tidak bisa memeliharanya. Selain itu, teladan dan keinginan politik juga menjadi penting. Masih ada beberapa pemimpin masyarakat yang belum memiliki wawasan memadai tentang lingkungan. Itu sebabnya dalam perbincangan informal maupun formal bersama para anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau petinggi dari lembaga lain, Asis selalu berusaha mengangkat tentang persoalan lingkungan secara lembut tanpa menggurui.
"Ternyata mereka senang,"menilai, banyak pejabat yang pengetahuan lingkungannya rendah. "Lihat saja pemilihan umum lalu, paling hanya satu atau dua partai yang fokus pada lingkungan," Dalam era otonomi daerah, pemerintah daerah cenderung memanfaatkan alam secara maksimal demi pendapatan asli daerah (PAD) sebanyak mungkin. Namun, sebelum tragedi terjadi, sebaiknya pemerintah mengubah fokus pada memaksimalkan pengelolaan manusia agar tidak melulu bergantung pada sumber daya alam.
Pergantian generasi terjadi setiap 25 tahun sekali, dan ia yakin pada generasi keempat setelah Indonesia merdeka, lingkungan Indonesia akan baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar